Dalam kesempatan Reuni Akbar Purna Bhakti Prajurit Yonif Linud 501/BY TA. 2014 kemarin (17/5/2014) banyak para sesepuh mengenang kembali masa-masa mereka masih berdinas di Yonif Linud 501/BY, tidak terkecuali pelaku langsung pada dari peristiwa penghadangan digunung Baunoraq Osso-Viqueke Timor Timur tahun 1984.
Serda (Purn) Ismail beserta Kopka (Purn) Sarwo yang merupakan dua orang saksi hidup yang masih ada begitu terharu menceritakan kembali peristiwa yang menimpah mereka pada saat penghadangan digunung Baunoraq Osso-Viqueke Timor Timu, Serda (Purn) Ismail menuturkan "Tak terbayangkan keadaan yang kami alami dimana kami telah dikepung oleh pasukan GPK yang entah datang dari mana dengan jumlah yang begitu banyak yang sudah sangat dekat lebih kurang 20 Meter, bahkan telah saling tarik menarik untuk mempertahankan senjata yang kami miliki". dengan menunjukkan tubang-lubang bekas tembakan pada mobil Serda (Purn) Ismail kembali bercerita, dengan perbekalan yang masih tersisah mereka mengadakan perlawanan walau hanya menggunakan munisi TP (tabung pelontar) yang seharusnya menembaknya dengan menggunakan senjata SS1 sudah tidak dihiraukan lagi dan langsung dilemparkan dengan menggunakan tangan saja sebagai ganti granat, ditambah lagi dengan keadaan mobil yang sudah penuh dengan darah rekan-rekan mereka yang sudah mulai membeku.
Mayjen TNI (Purn) Bimo Prakoso selaku mantan Danyonif Linud 501/BY dan Kapten Inf (Purn) Herman Tedez sebagai Pasi-2/Ops pada saat penugasan juga membenarkan kronologis yang telah diceritakan oleh Pratu Ismail (pangkat disaat Serda Ismail bertugas).
Kronologi selengkapnya :
Pasukan Yonif Linud 501 berangkat melaksanakan tugas pada bulan Maret 1983 dengan menggunakan pesawat Hercules mendarat di BAUCAU di Timor-Timor dalam rangka misi kontak damai dibawah pimpinan Komandan Batalyon Letkol Inf Sujana. Setelah operasi penugasan berjalan 1 tahun Pada pukul 23.00 WIT tanggal 09 Maret 1984 Wakil Komandan Batalyon Mayor Inf Wibisono memerintahkan Serda Trilis untuk menjemput/mengawal PANGAB LB. Moerdani dalam rangka kunjungan Imbargasi Yonif Linud 501 kemudian Serda Trilis beserta 8 anggota lainnya bergerak menuju ke Viqueke dengan menggunakan 4 kendaraan Land Rover untuk menjemput dan mengawal Pangab LB. Moerdani. Pada pukul 02.30 WIT salah satu kendaraan Land Rover mengalami kerusakan ditengah-tengah hutan rimba kemudian anggota tersebut memperbaikinya dan dilanjutkan menuju ke Viqueke.
Pada pukul 04.30 WIT tanggal 10 Maret 1984 kendaraan Land Rover tersebut di hadang oleh GPK di gunung Baunoraq perbatasan Osso-Viqueke yang mengakibatkan sopir Land Rover pertama atas nama Serda Trilis kena tembak lengan bagian kanan yang mengakibatkan meninggal dunia dan semua anggota turun berlindung dan membalas tembakan, setelah itu Pratu Imam Supi’i terkena tembakan yang mengakibatkan meninggal dunia, sedangkan senjata dapat di amankan dari tangan GPK. Dalam waktu yang bersamaan Anggota Yonif Linud 501 bertahan dengan menggunakan senjata SS-1 dan TP sedangkan ratusan GPK berbendera putih sambil meneriakkan suara “Apanca Maubere” yang artinya “maju terus” untuk melaksanakan serbuan terhadap anggota Yonif Linud 501. Pada saat ratusan GPK berjarak kurang lebih 10 Meter tiba-tiba datang Helikopter, pesawat Kondor dan Mortir Marinir untuk membantu anggota Yonif Linud 501 yang telah dikepung GPK sehingga mengakibatkan kelompok GPK banyak yang tewas dan melarikan diri.
Pada pukul 12.00 WIT tanggal 10 Maret 1984 situasi sudah aman dengan kerugian 3 orang meninggal dunia, 2 orang luka-luka dan 4 orang selamat, kemudian dari 9 anggota tersebut di evakuasi dengan menggunakan Helikopter menuju ke lapangan Imbargasi di Kelikai untuk di upacarakan bagi yang gugur dan yang masih hidup dimintai keterangan oleh Pasi-1 Yonif Linud 501 Kapten Inf Suryo tentang kejadian penghadangan tersebut.
Keterangan Korban Penghadangan digunung Baunoraq perbatasan Osso-Viqueke dengan 4 kendaraan Land Rover tahun 1984 :
1. Korban selamat Kopda Suwarto, Pratu Ismail, Pratu Sarwo dan Serda Budi (Divisi)
2. Korban luka-luka Kopda Sodin dan Kopda Sarjono
3. Korban meninggal dunia Serda Trilis, Koptu Suprapto dan Pratu Imam Supi’i
"NEGARA YANG BESAR ADALAH NEGARA YANG MENGHARGAI SEJARAH
DAN JASA PAHLAWANNYA"
0 komentar:
Post a Comment